KONSEP PENDIDIKAN INTEGRATIF
MENGHILANGKAN DIKOTOMI DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Pada dasarnya kita tidak menemukan dalam berbagai literatur Islam bahwa adanya perbedaan antara ilmu agama dengan ilmu umum.Para ilmuan muslim, ulama dan para pakar diberbagai disiplin ilmu keislaman sudah melakukan hal tersebut, dan ini sebagai bukti ketidakadaan perbedaan dalam menggelutinya baik cendikiawan dari dalam atau luar negri.Mereka bersepakat adanya kewajiban dalam mempelajari kedua ilmu tersebut tentu saja pada kompetensi keilmuan yang mereka geluti dan tekuni.Bahkan dalam sejarah kita temui banyak dari kalangan ahli agama Islam sekaligus menjadi pakar ilmu umum baik sosial atau eksakta.Misalnya Al Kindi adalah seorang filsuf sekaligus agamawan.Ibnu Sina ahli dalam bidang ilmu kedokteran, bahkan menjadi bapak ilmu kedokteran dunia,filsafat,psikologi, Beliau juga seorang ulama.Al-Khawarizmi adalah ulama yang ahli matematika.Al-Ghazali hujjatul Islam walaupun belakangan terkenal dengan ajaran dan kehidupan sufistiknya,sebenarnya Beliau juga ahli dan telah menjalani berbagai ilmu yang diketahuinya.Diantaranya ilmu fiqh,ilmu kalam,falsafah dan tasawuf.Kemudian Ibnu Rusyd seorang faqih yang hafal kitab al-muaththa, kedokteran, matematika dll.Termasuk juga Ibn Khaldun seorang ulama, sebagai ahli ilmu interaktif bahkan pelopor ilmu sosiologi moderen.
Memasuki abad pertengahan, terus berlangsung bahkan sampai saat ini dikotomi ilmu mulai terasa dampaknya, dimana dunia Islam tidak lagi menguasai peradaban ilmu pengetahuan terutama yang munculnya ilmuan muslim yang mengusai teknologi dan ilmu terapan.Hal ini disebabkan pola pikir masyarakat muslim sudah mulai mempetakan antara ilmu agama dengan ilmu umum terspisahkan.Seperti mempelajari ilmu agama kewajiban individu atau fardu ain, sementara mempelajari ilmu umum sebuah kewajiban kolektif atau fardu kifayah.Akibatnya umat Islam jauh tertinggal dalam ilmu pengetahuan umum dan teknologi.Padahal bagaimana melayani dan membangun kesehatan, pendidikan, ekonomi, pertanian dan fasilitas kebutuhan hidup manusia, semua membutuhkan teknologi moderen.
Buku ini mencoba melakukan terobosan sebagai upaya menghidupkan kembali mengintegrasikan kembali kedua ilmu yakni ilmu umum dengan ilmu agama dalam pendidikan Islam yang harus dimulai sejak dini.Indikasi ini sudah mulai terlihat yakni dengan dirubahnya Institut Agama Islam Negri menjadi Universitas dengan harapan akan muncul kembali para ilmuan muslim yang bukan saja seorang ulama tetapi juga teknokrat handal seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd.Al Ghazali dan lainnya.